4  UTS-4 My SHAPE (Spiritual Gifts, Heart, Abilities, Personality, Experiences)

4.1 Piagam Diri

4.1.1 Piagam Diri

Saya adalah seseorang yang sangat ingin tahu. Rasa penasaran itu membuat saya mudah tenggelam dalam hal baru, terutama saat belajar atau mencoba memahami sesuatu yang belum saya pahami. Saya juga punya kemampuan melihat masalah dari berbagai sudut pandang sebelum mengambil keputusan, sehingga tidak mudah terburu-buru menilai. Selain itu, saya merasa empati menjadi kekuatan alami saya; saya peka terhadap perasaan orang lain dan bisa menyesuaikan cara bicara agar mereka tetap nyaman.

4.1.2 H – Heart (Nilai Inti & Motivasi Intrinsik)

Nilai yang paling saya pegang adalah integritas, tanggung jawab, dan kreativitas. Saya percaya, tanpa integritas, semua kemampuan tidak akan punya makna. Saya juga termotivasi ketika bisa membantu orang lain menemukan solusi atau jalan keluar dari masalahnya. Ada kepuasan tersendiri saat melihat orang berkembang sedikit demi sedikit karena bantuan kecil yang saya berikan. Itu yang membuat saya merasa hidup dan berarti.

4.1.3 A – Aptitudes & Acquired Skills (Bakat & Keterampilan)

Saya memiliki kemampuan di bidang teknologi dan komunikasi visual. Beberapa keterampilan teknis yang saya kuasai antara lain Python, SQL, Canva, GitHub, desain presentasi, dokumentasi proyek, Archimate, Figma, Visual Paradigm, Microsoft Office, dan Google Workspace. Selain itu, saya juga mengembangkan kemampuan non-teknis seperti kepemimpinan, komunikasi empatik, dan kerja tim. Saya senang menjadi penghubung antara ide dan eksekusi, serta membantu tim bekerja dengan ritme yang lebih terarah.

4.1.4 P – Personality (Kepribadian & Gaya Kerja)

Gaya kerja saya cenderung kolaboratif, terencana, dan tenang. Saya lebih suka suasana yang tertata karena membuat saya bisa berpikir lebih jernih. Saya termasuk orang yang teliti dan empatik, namun di sisi lain saya juga sadar bahwa saya mudah overthinking. Tapi saya belajar untuk menjadikan sisi reflektif itu sebagai alat evaluasi, bukan beban.

4.1.5 E – Experiences (Pengalaman Hidup & Pembelajaran)

Saya pernah gagal presentasi di depan kelas, dan dari pengalaman itu saya belajar pentingnya persiapan dan percaya diri. Saya juga pernah menjadi ketua tugas besar kelompok, di mana saya belajar bahwa tiap orang punya gaya komunikasi yang berbeda dan perbedaan itu justru bisa jadi kekuatan tim. Selain itu, masa-masa ketika saya sempat bermalas-malasan sepanjang hari juga memberi pelajaran penting. Dari sana saya menyadari bahwa hidup tanpa arah dan harapan membuat kita kehilangan semangat untuk melangkah. Sejak itu, saya berusaha menemukan tujuan kecil setiap hari agar hidup saya tetap bergerak ke arah yang lebih baik.

4.1.6 Pernyataan Misi Pribadi

Saya ingin menggunakan empati dan kemampuan komunikasi saya untuk membantu orang lain menemukan potensi terbaiknya, sambil terus belajar menjadi versi terbaik dari diri saya sendiri.

4.1.7 Identitas Naratif

Sekarang, saya adalah mahasiswa Sistem dan Teknologi Informasi di ITB yang sedang berjuang memperbaiki diri dan meningkatkan nilai diri agar bisa memberi dampak positif bagi orang-orang di sekitar saya.

Dulu, saya sempat berada di fase hidup yang gelap. Saya mudah murung, cemas, dan malas melakukan apa pun. Bisa dibilang, saya hampir kehilangan semangat hidup. Tapi saya belajar satu hal penting: yang bisa mengubah arah hidup kita hanyalah diri kita sendiri. Bukan orang lain. Motivasi dari luar memang bisa menyalakan api, tapi yang menjaga api itu tetap hidup adalah motivasi dari dalam diri.

Saya mulai melakukan perubahan kecil. Saya membaca buku Atomic Habits karya James Clear dan memahami betapa perubahan kecil yang konsisten bisa membawa hasil besar. Saya menerapkannya sedikit demi sedikit dalam keseharian. Mulai dari tidur lebih teratur, membuat daftar prioritas, hingga belajar menerima diri sendiri. Dan benar saja, kebiasaan kecil itu mulai berbuah — kesehatan mental saya membaik, produktivitas meningkat, dan saya merasa lebih hidup dari sebelumnya.

Bagi saya, tantangan kini bukan lagi hal yang menakutkan. Saya menganggapnya seperti misi di dalam permainan yang harus diselesaikan untuk naik level. Kalau berhasil, saya berkembang. Kalau gagal, saya belajar. Saya tidak lagi membandingkan diri dengan orang lain, tapi dengan diri saya sendiri di hari sebelumnya. Sekecil apa pun perkembangan, tetap saya anggap kemajuan.

Nilai yang ingin saya bawa ke masa depan adalah integritas, tanggung jawab, dan kreativitas. Saya ingin terus tumbuh menjadi pribadi yang kuat, berkarakter, dan mampu memberi manfaat bagi banyak orang.

4.1.8 Refleksi Akhir

Melalui proses My SHAPE, saya jadi semakin mengenal siapa diri saya. Dulu saya pikir kekuatan saya ada di logika dan ketepatan berpikir, tapi ternyata yang paling berharga justru kemampuan memahami emosi orang lain. Saya menyadari bahwa empati bukan kelemahan, tapi jembatan yang menghubungkan saya dengan dunia luar.

Sekarang saya tahu bagaimana menggunakan empati itu dalam perkuliahan, dalam kerja tim, dan juga dalam kehidupan sehari-hari. Saya belajar bahwa memahami diri sendiri adalah langkah pertama untuk bisa memahami orang lain. Dan dari proses ini, saya belajar satu hal penting: untuk terus berkembang, kita tidak perlu menjadi orang lain — cukup menjadi diri sendiri yang terus tumbuh dan bermanfaat.