3 UTS-3 My Stories for You
3.1 Cerita Inspiratif
Tahun 2022 menjadi titik baru dalam hidup saya. Hari itu saya menerima kabar bahwa saya diterima di ITB. Kabar yang begitu membahagiakan, bukan hanya bagi saya, tapi juga orang-orang di sekitar saya. Tidak pernah saya bayangkan bisa menapaki kampus yang selama ini hanya saya dengar dari cerita orang. Saya datang ke Bandung dengan hati berbunga-bunga, penuh semangat untuk memulai kehidupan baru.
Namun, kenyataannya tidak seindah yang saya pikirkan. Perubahan lingkungan, ritme hidup yang berbeda, dan suasana akademik yang begitu menantang membuat saya mengalami culture shock. Saya yang terbiasa hidup dalam rutinitas terarah tiba-tiba kehilangan pegangan. Hari-hari yang awalnya penuh antusiasme perlahan berubah menjadi rasa cemas, minder, dan bahkan depresi. Saya merasa tertinggal jauh dari teman-teman yang tampak cepat beradaptasi. Rasa percaya diri saya runtuh. Dalam diam, saya merasa seperti orang paling bodoh di antara mereka. Sampai di titik di mana saya mulai berpikir saya tidak lagi berharga.
Saya mengurung diri dan mulai menjauh dari teman-teman. Tidak ada lagi yang mencoba menyapa atau menanyakan kabar saya, setidaknya begitu yang saya rasakan. Di momen itu, dunia terasa sunyi sekali. Tapi, di balik kesunyian itu, semesta seperti ingin menegur saya dengan cara yang lembut.
3.2 Titik Balik
Beberapa waktu kemudian, saya mulai mendapatkan sedikit cahaya dari orang-orang yang masih peduli. Teman-teman saya di Malang masih sering mengirim pesan dan menanyakan kabar, meski saya jarang membalas. Lalu datang satu momen yang tidak akan pernah saya lupakan: sebuah nasihat dari ayah teman kakak saya.
Beliau berkata dengan nada tenang, “Nggak apa-apa nilaimu nggak bagus-bagus amat. Kamu udah masuk kampus ini aja udah hebat banget, Zakiy.” Kalimat itu menampar tapi juga menenangkan. Ia melanjutkan, “Lebih baik terlihat bodoh di lingkungan orang pintar, daripada terlihat pintar di lingkungan orang bodoh.” Awalnya saya sempat tersinggung, tapi setelah saya renungkan, saya sadar kalimat itu penuh makna.
Tidak berhenti di situ, seseorang juga berkata pada saya, “Jalanin aja perkuliahanmu, jangan bandingin dirimu sama orang lain. Bandingin aja dirimu hari ini sama dirimu kemarin. Sedikit kemajuan tetap kemajuan, kan?” Ucapan itu menjadi pelita kecil yang membuat saya mulai menatap hari-hari berikutnya dengan lebih ringan.
3.3 Perubahan
Sejak saat itu, saya berusaha menikmati kehidupan dengan cara yang lebih sederhana. Saya belajar untuk hidup di saat ini, bukan di masa lalu atau di masa depan. Saya teringat kutipan dari Master Oogway di film Kung Fu Panda: “Yesterday is history, tomorrow is a mystery, and today is a gift… that’s why they call it the present.”
Saya mulai belajar dengan kecepatan saya sendiri. Tidak perlu bersaing dengan siapa pun, cukup berprogres sesuai kemampuan. Saya menargetkan hal-hal yang realistis dan memberi ruang bagi diri saya untuk berkembang pelan-pelan. Saya mulai lebih bersyukur, bahkan untuk hal-hal kecil: penjual nasi di warteg yang selalu menyapa, tukang laundry yang ramah, tumbuhan di depan kos, sampai kucing yang sering datang tanpa permisi.
Saya sadar bahwa kita semua bermanfaat bagi lingkungan sekitar, hanya saja kadang kita tidak menyadarinya. Saya juga mulai melatih diri berbicara dengan orang lain tanpa takut salah, berani bertanya ke dosen, dan tidak lagi khawatir jika orang lain menilai saya. Saya belajar bahwa saya tidak bisa mengontrol reaksi orang lain, tapi saya bisa mengontrol bagaimana saya merespons.
3.4 Hasil dan Pembelajaran
Perlahan, rasa percaya diri saya mulai tumbuh kembali. Saya mulai menikmati interaksi dengan orang lain, tidak lagi merasa kecil di tengah orang-orang hebat. Energi saya tidak lagi habis untuk hal yang tidak penting. Saya bisa fokus belajar, memahami materi, dan bersyukur ketika melihat nilai-nilai saya yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Itu menjadi bukti kecil bahwa saya sudah berada di jalur yang tepat.
3.5 Pesan untuk Pembaca
Kalau boleh saya simpulkan, pelajaran terbesar dari perjalanan ini adalah untuk selalu bangga pada diri sendiri. Jangan terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain, karena kita tidak pernah tahu bagaimana perjuangan di balik layar kehidupan mereka. Banyak orang hanya menampilkan kesuksesannya di media sosial, sementara kegagalannya disembunyikan. Tanpa sadar, kita membandingkan seluruh perjalanan hidup kita dengan “cuplikan terbaik” orang lain.
Banggalah pada setiap langkah kecil yang kamu ambil, sekecil apa pun itu. Karena tidak semua kemajuan terlihat besar, dan tidak semua keberhasilan perlu diumumkan.
3.6 Nilai dan Makna
Cerita ini mengajarkan saya tentang empati pada diri sendiri. Saya belajar untuk menerima bahwa tidak apa-apa tidak selalu baik-baik saja. Fokuslah pada diri sendiri, lakukan tindakan nyata, dan percayalah pada proses yang sedang berjalan. Kita tidak perlu memaksakan kecepatan kita agar sama dengan orang lain. Yang terpenting, kita terus melangkah dan tidak berhenti.
3.7 Nuansa Emosi
Ketika menulis ini, saya masih bisa mengingat jelas campuran perasaan yang dulu saya rasakan: takut, malu, lalu perlahan berganti menjadi lega, terharu, bangga, dan akhirnya bahagia.
3.8 Penutup
Semoga cerita ini bisa mengingatkan siapa pun yang membaca untuk tetap percaya pada diri sendiri dan menghargai setiap proses, sekecil apa pun itu. Jangan menunggu orang lain yang datang untuk menyemangati kamu, karena kekuatan terbesar justru muncul saat kamu mulai menguatkan diri sendiri.
Be proud of yourself — kamu berharga, bahkan ketika kamu belum menyadarinya.